INES MARINES ROSETIKA AJI PUTRI

just tell the truth

Sabtu, 09 Januari 2010

Kampus dan Prostitusi

Di balik image kampus atau universitas yang berwibawa dan intelek, banyak isu-isu negatif yang tersembunyi di dalamnya, tidak terkecuali hal tabu sekalipun. Di lingkungan sosial manapun, pasti terjadi penyimpangan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara sengaja tau terpaksa. Fenomena tersebut tidak dapat dihindari dalam sebuah masyarakat. Interaksi sosial yang terjadi di antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang tidak jarang menimbulkan penyimpangan norma yang berlaku pada masyarakat tersebut (Soekanto, 1989:79). Kasus semacam ini juga terjadi di lingkungan istitusi seperti universitas.Apa isu negatif yang tersembunyi di dalam universitas? Salah satunya adalah penyimpangan oleh mahasiswa itu sendiri. Banyak dari mereka yang tidak melaksanakan peran dan posisinya sebagai mahasiswa dengan tepat. Bahkan ada yang bertindak terlalu jauh sebagai mahasiswa.

Adanya kasus prostitusi kampus merupakan salah satu contoh penyimpangan tersebut. Faktor-faktor pendorong seperti desakan ekonomi, salah pergaulan, lingkungan tempat tinggal yang buruk bahkan permisif memaksa mahasiswa-mahasiswa terjun ke dalam dunia malam. Ada beberapa yang berprofesi sebagai sexy dancer di klub-klub malam, dalam hal ini sexy dancer melakukan tarian striptease alias tari bugil, yang sangat mungkin setelah berakhirnya tarian itu, mereka yang melakukan pekerjaan ini “dipakai” oleh lelaki hidung belang.

Tidak itu saja, jika kita mau mebuka mata, banyak mahasiswa yang merangkap peran sebagai penjaja kenikmatan seksual. Mereka menawarkan jasanya kepada sesama mahasiswa, maupun om-om yang berduit hingga pejabat tinggi. Fenomena adanya mahasiswa yang menjajakan kenikmatan seksual sesaat kepada yang membutuhkan, membuat mereka, khususnya mahasiswi memiliki sebutan sebagai ‘ayam kampus’.

Mahasiswa yang melakukan penyimpangan tersebut tidak mempunyai konsep diri yang jelas. Seks adalah hal yang paling utama dalam hidup mereka. “Pekerjaan sambilan” yang tidak pada tempatnya ini dilakukan beberapa mahasiswi tanpa rasa keberatan. Mahasiswi pelaku kegiatan prostitusi menganut konsep budaya serba instan, dimana kebutuhan materi harus didapatkan dengan cara yang menurut mereka cepat. Dari wawancara dengan pihak pemakai jasa prostitusi ini pun didapatkan keterangan bahwa jasa seksual ini bisa dengan mudah didapatkan dengan harga yang murah. Mereka yang buta akan nafsu birahinya pun tidak merasa berdosa terlibat dalam praktek seperti ini. Mahasiswa pemakai jasa prostitusi, menganggap bahwa kenikmatan seksual dan wanita bisa dibeli begitu saja. Bagaimana dirinya memnadang kehormatan seorang wanita perlu dipertanyakan.

Menurut Psikolog dan Dosen ilmu psikologi universitas Diponegoro, Perilaku para mahasiswa / mahasiswi yang melakukan kegiatan prostitusi lebih kepada penyimpangan moral & perilaku, bukan pada masalah kejiwaan. Orang tua, ajaran agama & ilmu pengetahuan telah melakukan perannya, namun keputusan untuk bertindak ada di tangan tiap individu. Dialam hal ini, kedewasaan & tanggung jawab dari seorang mahasiswa patut dipertanyakan. Dikarenakan berbagai alasan sosial, kebutuhan gaya hidup, pengakuan diantara komunitasnya, kebanggaan serta kepercayaan diri yang semu membuat moral tidak lagi diindahkan. Berdasar penelitian psikologi, moral hanya menyumbang 6% dalam pergaulan seks bebas, selebihnya adalah faktor-faktor sosial seperti tadi.

Penanganan preventif, lebih kepada pencegahan dalam bentuk pengetahuan tentang baik dan buruknya seks bebas telah dilakukan kampus, antara lain mengadakan seminar kesehatan reproduksi secara rutin yang bekerjasama dengan masing-masing jurusan. Selain itu juga memberikan penyuluhan bagi setiap mahasiswa baru.

Mahasiswa seharusnya memiliki konsep diri yang kuat, serta mempunyai tujuan yang jelas dalam hidup. Tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa adalah untuk memperdalam ilmu pengetahuan, bukan untuk kebutuhan seksual. Lebih baik memilih salah satu, apakah ingin menjadi mahasiswa atau bergelut di dunia tersebut. Jika memang mempunyai kebutuhan seks yang tidak dapat dibendung lagi, maka lebih baik menikah.

4 komentar:

  1. image kampus tempat menimba ilmu malah jadi tercoreng krn ada oknum" yg malah buka jasa prostitusi.

    BalasHapus
  2. Yup bner bgt ren..
    Aq ms bgg motif yg kuat mreka mlakukan it tuh ap. Pdhl kl dteliti,mrk dr klwarga cukup. Jajal seks ?its disguisting hahaha

    BalasHapus
  3. sungguh memprihatinkan..
    ckckckck

    daripada "ayam kampus"
    mending ayam bakar ny WA..
    ahahaiii...

    BalasHapus